Selasa, 28 April 2009

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

Kelapa sawit merupakan salah satu komiditi terbesar di beberapa daerah di Indonesia.Terutama di pulau Kalimantan dan Sumatera.Hal inilah yang mengharuskan dibangunnnya pabrik-pabrik kelapa sawit di daerah yang berdeketan dengan perkebunan kelapa sawit.Dengan adanya pabrik-pabrik ini,menyebabkan banyaknya limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang dijalankan di pabrik-pabrik tersebut.

Aktivitas produksi pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah da
lam volume sangat besar. Limbah yang dihasilkan dapat berupa padatan maupun cair. Limbah tersebut memiliki nilai kalor cukup tinggi. Pemanfaatannya akan menghasilkan bahan bakar yang bisa dipakai salah satunya untuk pembangkitan listrik.

Untuk sebuah PKS dengan kapasitas 100 ribu ton tandan buah segar (TBS) per tahun akan dihasilkan sekitar 6 ribu ton cangkang, 12 ribu ton serabut dan 23 ribu ton tandan buah
kosong (TBK). Serabut dan cangkang dapat dipakai langsung begitu keluar dari proses produksi sebagai bahan bakar, sedang TBK harus mengalami pengeringan tanpa sinar matahari langsung. Dengan efisiensi pembangkitan sekitar 25%, dapat diperoleh energi listrik sebesar 7,2 – 8,4 GW(e)h untuk cangkang, 9,2 – 15,9 GW(e)h untuk serabut, dan 30 GW(e)h untuk TBK. Melalui digester anaerob, dapat diperolah biogas dari limbah cairnya. Dengan kapasitas dan asumsi sama, listrik yang dapat dibangkitkan minimal sebesar 1,38 GW(e)h. Untuk kondisi ini kebutuhan listrik untuk produksi adalah sebesar 1,4 - 1,6 GW(e)h. Penanganan limbah dengan baik akan mampu menekan potensi pencemaran lingkungan dan menghasilkan listrik untuk operasional PKS sekaligus kebutuhan di daerah sekitar.

Secara
umum, limbah PKS dikelompokkan menjadi limbah padat dan limbah cair (Palm Oil Mill Effluent/POME). Biasanya limbah cair tersebut mengandung bahan organik dalam kadar tinggi sehingga berpotensi mencemari lingkungan karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. Mekanisme kontrol konsumsi air di seluruh proses di pabrik akan menentukan pemakaian air dan sekaligus volume air limbah yang dihasilkan oleh PKS. Untuk tiap ton TBS yang diolah dalam PKS diperlukan antara 1 - 2 ton air (Tobing, 1997). Pasok air biasa diambil dari lingkungan sekitar, misal sungai. Limbah cair yang dihasilkan sekitar 550 kg per ton TBS yang diolah, dengan berat jenis antara 1,05 hingga 1,1 g/cm3 (Kartiman, 2008). Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyebutkan bahwa limbah cair mencapai 40% – 70% TBS yang diolah. Kisaran volume tersebut tergantung juga pada sistem pengolahan limbah pabrik.Salah satu limbah cair PKS dengan potensi dampak pencemaran lingkungan adalah lumpur (sludge) yang berasal dari proses klarifikasi dan disebut dengan lumpur primer. Lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut dengan lumpur sekunder. Lumpur mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi dengan pH kurang dari 5.

Limbah padat PKS dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan buah kosong (TBK = empty fruit bunch) yang terbuang dari penebah setelah tandan rebus dipisahkan dari buahnya, cangkang atau tempurung (palm shell), dan serabut atau serat (fiber). Sedangkan limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah (Rohmadi, 2006 dalam Tarkono, 2007).

Disuatu pabrik kelapa sawit (PKS) Kebutuhan listrik adalah sekitar 14 – 16 kWh/ton TBS. Untuk keperluan penerangan dan lain-lain waktu pabrik tidak atau belum mulai mengolah dapat dipasang diesel sebagai pembangkit listrik. Diesel juga biasa diinstalasikan sebagai pembangkit cadangan.Pembangkitan energi merupakan salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari pengolahan limbah PKS. Pemanfaatan dalam bentuk energi ini berpotensi besar mengingat limbah tersebut masih memiliki nilai kalor yang c
ukup tinggi.

Pada dasarnya semua limbah padat PKS dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam PKS, yaitu sebagai bahan bakar ketel uap untuk memasok kebutuhan uap panas dan pembangkitan listrik. Limbah serabut dan cangkang dapat dipakai langsung begitu keluar dari proses produksi sebagai bahan bakar. Tergantung pada rancangannya, ketel uap dapat dioperasikan dengan memanfaatkan 100% cangkang, 100% serabut atau kombinasi antara keduanya. Proses konversi energi untuk menghasilkan uap yang diperlukan dalam pembangkitan listrik maupun keperluan proses diperoleh dari pembakaran langsung. Pembakaran merupakan proses oksidasi bahan bakar yang berlangsung secara cepat untuk menghasilkan energi dalam bentuk kalor. Karena bahan bakar biomassa utamanya tersusun dari karbon, hidrogen dan oksigen, maka produk oksidasi utama adalah karbondioksida dan air, meskipun adanya nitrogen terikat juga dapat menjadi sumber emisi oksida nitrogen. Tergantung dari nilai kalor dan kandungan air di bahan bakar, udara yang diperlukan untuk membakar
bahan bakar serta konstruksi tanur, suhu pijar dapat melebihi 1650oC. Energi listrik yang dapat dibangkitkan dengan bahan bakar cangkang dan serabut dapat diilustrasikan sebagai berikut. Untuk sebuah PKS dengan kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun akan dihasilkan sekitar 6 ribu ton cangkang dan 12 ribu ton serabut. Dengan mengasumsi bahwa efisiensi pembangkitan sekitar 25%, akan diperoleh energi listrik sebesar 7,2 – 8,4 GW(e)h untuk cangkang dan 9,2 – 15,9 GW(e)h untuk serabut. Karena kebutuhan lis
trik untuk produksi adalah sebesar1,4 - 1,6 GW(e)h, PKS mampu mandiri dalam hal pasok energi untuk kebutuhan operasionalnya. TBK pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Energi yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi listrik dengan jumlah yang cukup signifikan. Sebagai ilustrasi, sebuah PKS dengan kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun menghasilkan sekitar 23 ribu ton TBK yang mampu membangkitkan energi ekuivalen dengan 30 GW(e)h pada tingkat efisiensi konversi 25%. Berbeda dengan limbah serabut dan cangkang, karena kadar airnya yang tinggi (antara 65% -70%), TBK terlebih dahulu memerlukan proses pengeringan dalam bangsal penyimpanan, tanpa penyinaran matahari langsung. Proses ini memerlukan ruangan yang cukup besar. Itu sebabnya jika TBK hendak dimanfaatkan dalam jumlah banyak untuk pembangkitan listrik, TBK segar dapat dilewatkan lebih dahulu dalam perajang (muncher) untuk kemudian diperas dalam kempa. Sebagai imbalan akan dapat diperoleh kembali minyak dan inti sawit yang tadinya akan hilang sebagai buah yang tertinggal dalam TBK.

Dalam kondi
si TBK tidak dipakai untuk keperluan energi karena kadar airnya yang tinggi, limbah padat yang lain (serabut ditambah dengan cangkang) akan menjadi alternatifnya. TBK yang sudah dikeringkan dapat digunakan pula untuk pembakaran permulaan (fire up) sebelum pabrik menghasilkan limbah serabut. Keperluan TBK untuk ini biasanya hanya sedikit, sehingga masih banyak sisanya. Sampai di sini pemanfaatan terpadu limbah PKS memungkinkan dijalankannya mekanisme combined heat and Power (CHP) yang sekaligus menghasilkan uap untuk pabrik minyak kelapa sawit dan listrik untuk disalurkan ke jaringan listrik di dalam maupun luar PKS, lokal maupun propinsi.

Energi yang cukup besar dapat diperoleh pula dari pengolahan limbah cair. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan proses bertingkat yang memanfaatkan kolam-kolam terbuka. Untuk PKS kapasitas sampai kira-kira 80 ton TBS per jam, dibutuhkan kolam-kolam dengan luas belasan hektar. Inti proses tersebut adalah biodegradasi komponen organik limbah tersebut. Dekomposisi anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi senyawa asam-asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-gas dan air. Gas metana akan terbentuk selama limbah cair diolah dalam kolam terbuka tersebut.

Gas metana yang dihasilkan proses tersebut merupakan komponen terbesar biogas. Ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi jika diolah dalam sistem digester anaerob. Limbah cair kelapa sawit sebesar 0,6-0,7 ton dapat menghasilkan biogas sekitar 20 m3 (Goenadi, 2006). Proses pembentukan metana dapat dibagi menjadi tiga tahapan: hidrolisis, asetogenesis (dehidrogenesis) dan metanogenesis (Sorensen, 2004). Pada tahap hidrolisis, terjadi dekomposisi bahan biomassa kompleks menjadi glukosa sederhana memakai enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis. Hasil penting tahap pertama ini adalah bahwa biomassa menjadi dapat larut ke dalam air dan mempunyai bentuk kimia lebih sederhana yang lebih sesuai untuk tahap berikutny
a.

Di langkah kedua terjadi dehidrogenasi (pengambilan atom hidrogen dari bahan biomassa) yaitu perubahan glukosa jadi asam asetat, karboksilasi (pengambilan grup karboksil) asam amino, memecah asam lemak rantai panjang jadi asam rantai pendek dan menghasilkan asam asetat sebagai produk akhir. Tahap ketiga adalah pembentukan biogas dari asam asetat lewat fermentasi oleh bakteri metanogenik. Salah satu bakteri
metanogenik yang populer dan banyak terdapat dalam lumpur adalah methanobachillus omelianskii. Metabolisme anaerobik selulosa melibatkan reaksi kompleks dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi anaerobik bahan-bahan organik lain seperti karbohidrat, protein dan lemak. Pada pabrik kelapa sawit yang mengolah 40 ton TBS/jam akan dihasilkan limbah cair sebanyak 20 m3/jam (dasar perhitungan: 55% dari TBS dengan berat jenis 1,1 g/cm3; Kartiman, 2008). Jika pabrik bekerja selama 20 jam/hari, maka akan dihasilkan limbah cair sebanyak 400 m3 per hari.

Nilai Kalor Limbah Pabrik Kelapa Sawit (diolah dari Sukimin, 2007, Isroi dan Mahajoeno, 2007, Goenadi, 2006, dan Sydgas, 1998).
Cangkang : 4105 - 4802 kkal/kg
Serat : 2637 - 4554 kkal/kg

TBK : 4492 kkal/kg
Batang : 4176 kkal/kg
Pelepah : 3757 kkal/kg
POME : 4695 - 8569 kkal/m3
Sebagai catatan, 1 kkal = 4187 Joule = 1,163 Wh.

Untuk sebuah PKS dengan asumsi kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun, dengan memasukkan rentang nilai kalor di atas, maka bisa diperoleh energi antara 1,38 – 2,52 GW(e)h.

Alternatif lain yang relatif sederhana untuk mendapatkan manfaat energi limbah padat kelapa sawit adalah dengan terlebih dahulu mengolah limbah tersebut menjadi briket arang. Tandan kosong sawit memiliki kandungan air yang tinggi. Ini membuat efisiensi termal TBK rendah dan lagi pembakarannya secara langsung akan menimbulkan polusi asap yang cukup mengganggu. Karena itu pemanfaatan TBK sebagai bahan bakar harus melewati pengolahan terlebih dahulu. Briket arang menjadi bentuk alternatif. Setiap hektar kebun kelapa sawit rata-rata menghasilkan 2 - 5 ton cangkang per tahun, tergantung salah satunya pada produktivitas kebun. Saat ini cangkang dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk boiler dan bahan pengeras jalan sebagai pengganti sirtu (campuran pasir dan batu). Tergantung pada pola dan volume pemanfaatannya, dimungkinkan dijumpainya sisa cangkang dalam jumlah banyak. Sama dengan model pemanfaatan TBK, briket arang juga merupakan salah bentuk alternatif pemanfaatan cangkang.

Briket arang dibuat dengan membakar limbah PKS dalam tungku pengarangan dengan kondisi pembakaran langsung dalam kondisi udara terkontrol. Sifat bahan yang berbeda membuat dibutuhkannya tungku jenis vertikal untuk TBK dan horisontal untuk cangkang. Ini dibutuhkan guna menghasilkan arang bermutu tinggi (Nilai Kalor > 5000 kalori/gram). Arang yang dihasilkan kemudian digiling dengan diberi perekat, misal pati dengan konsentrasi tertentu. Hasil proses tersebut dicetak dengan memakai tekanan hidraulik. Ukuran cetakan dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Setelah dikeringkan sesuai standar perdagangan, briket tersebut siap dipasarkan.
Sebagai ilustrasi singkat, untuk PKS berkapasitas 30 ton tandan buah segar tiap jam akan menghasilkan sekitar 120 ton tandan kosong sawit per hari yang dapat diolah menjadi 25 - 30 ton briket arang (setara dengan 146 – 175 MW(t)h).

Dari hasil ini terlihat bahwa begitu besar manfaat limbah pabrik kelapa sawit yang selama ini terkadang hanya terbuang percuma dan malah sering merusak ekosistem sekitarnya jika tidak diolah dengan baik. Bahkan krisis energi yang sekarang lagi kita alami dapat terkurangi dengan adanya pemanfaatan limbah ini.

Sumber referensi : # http://fisika.brawijaya.ac.id
# http://images.google.co.id



22 komentar:

  1. oke Ded..
    aku tunggu kabar beberapa tahun lagi kalau dari Labuhan Batu udah ada pembangkit listrik sendiri dari limbah kelapa sawit..
    sukses Bung..

    BalasHapus
  2. ehhh. . .ded. ..kasih koment donk. ..

    BalasHapus
  3. Kirim artikel ini ke Dep.ESDM medan atau ke pemprov skalian, Ded.. Siapa tau ni bisa melecut smangat pemerintah bwt mncari cara2 bwt mnciptakan "iklim investasi yang prospektif"( yang diapit tanda kutip itu kata2nya Pak Harry, he..he)

    BalasHapus
  4. hehehe,,,
    oke kuq,,,
    oke banget!
    Pemanfaatan limbah,,
    Luv that stuff!!
    VIVA Medan!!^^

    BalasHapus
  5. hmm ternyata kelapa sawit bisa lebih dimaksimalin lagi ternyata.nice info

    BalasHapus
  6. jd inget Poltak si raja minyak dari medan..
    mentang2 sama2 dari medan, bahasnya gak jauh2 dari minyak juga ni anak..

    hehee..


    visit my site - www.satriagirindranugraha.co.cc

    BalasHapus
  7. Wauw boleh juga. Bisa dipke sbg pengganti batubara krn lbih ramah lingkungan dan bisa diperbarui.
    Ada rencana jd bos kelapa sawit?
    hehehw

    BalasHapus
  8. panjang kali artikelnya...
    itu ntar gabung aja ma biodieselnya tata....

    BalasHapus
  9. dari dulu y kelapa emang terkenal sebagai bahan banyak guna yak!!

    ayo chuy kembangkan budidaya kelapa sawit, ya setidaknya bisa punya listrik selain dari batubara.

    BalasHapus
  10. ummm...

    oke lah pemanfaatan limbahnya buat bahan bakar, jadi sumber energi alternatif gitu, ded

    tapi, dari pemanfaatan limbah itu, dihasilkan limbah lain juga kan?
    lebih sulit diolah malah
    jadi ada limbah gasnya, CO2 dari hasil pembakaran

    padahal babat hutan buat bikin kebun klapa sawit kan juga udah nambah masalah global warming
    trus limbah akhir dari kebun klapa sawit ini juga malah limbah gas CO2

    lha, terus ini gimana, ded??

    BalasHapus
  11. ded, punya mu koq mirip ma punya alita ya???
    cuma dt ngebahas biodisel
    u ngebahas pembangkitnya.
    dah kmu, Tata ma yayat joinan ja biz mirip
    haahhahahaa

    BalasHapus
  12. wah, hurufnya kecil kali ded???
    susah kali aku bacanya,,,
    haha,,, pissss,,, ^^v

    BalasHapus
  13. bagu2s artikelna sepertina saudara serius sakali mengerjakan tgs ini hehhheheeh.eh ni tgs opb bukan promosi psm medan bung!!hahahha

    BalasHapus
  14. wah..
    mang masalah bahan bakar itu lagi booming bgt y..
    smw org nyari cara alternatif..
    bgs koq, ningkatin kreativitas dan mancing kemauan baca qt..

    tp aq sependapat ma inga c mslh penebangan hutannya..
    mslhnya,kebiasaan manusia itu adalah merusak tanpa maw memperbaikinya..
    he..
    piiiisss..
    tapi mang gak semua orang ky gt c..
    pokoke lanjutkanlah apapun yg berbau positif..
    oce,ded??

    BalasHapus
  15. Jadi sbenernya Indonesia itu kaya ga sih?
    Banyak SDA yg "dibuangin" gt....
    Excellent Ded...

    BalasHapus
  16. mm.. ternyata limbahnya dapat dimaksimalkan juga yah.. Bahkan krisis energi yang sekarang lagi kita alami dapat terkurangi dengan adanya pemanfaatan limbah ini. ^_^

    BalasHapus
  17. Ded, ada 1 saran dari aku..

    hurufnya kekecilan.. susah bacanya..

    tapi keseluruhan kayaknya artikelmu menarik.. udah ku-copy paste, ntar tinggal di-zoom biar bisa dibaca

    by:
    Ivan Wibisurya
    07/256845/TK/33411
    http://aivanwibisurya.blogspot.com

    BalasHapus
  18. Bagus2..
    He3..
    Pemanfaatan limbah klapa sawit, jadi ga hanya mengeksploitasi produk, namun tetap mengolah limbahnya... He3..
    gud3...

    BalasHapus
  19. bahan bakar (sumber tenaga) kayaknya mendominasi artikel di blog anak2 opb ya?

    apalagi yang sumbernya dari tanaman..
    mudah2an kita tetap inget buat menjaga kelestarian hutan atau tanaman,, jangan cuma bisa mengeksploitasi aja.

    BalasHapus
  20. pengolahan minyak yang ada di tanaman itu sebenarnya butuh reaksi kimia ga sih untuk mendapatkan biodiesel?

    peran orang teknik kimia yang kritikal di bagian ini apa?

    BalasHapus
  21. Karena banyak bgt yang koment mengenai hurufnya yang kekecilan,makanya ku gedein...

    BalasHapus